Sabtu, 21 November 2009

Polisi Sering Ancam, Wartawan Tak Lagi Kritis

Banyak ancaman dan kriminalisasi yang diterima oleh para wartawan dari oknum kepolisian, akhirnya mengakibatkan pengabar informasi tersebut tidak lagi kritis dan objektif dalam pemberitaannya.

Hal ini dikemukakan oleh Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara Diah Susilowati kepada okezone, Sabtu (21/11/2009).

"Kenapa peran wartawan tidak lagi kritis dan objektif? Karena banyak kriminalisasi terhadap mereka, keselamatan dirinya terancam. Banyak oknum kepolisian yang melakukan kriminalisasi terhadap wartawan seperti ini," jelas Diah.

Bahkan dua bulan yang lalu Diah mendapatkan kabar bahwa ada wartawan di Lubuk Pakam yang diancam oleh seorang oknum kepolisian. Wartawan tersebut mendapatkan ancaman agar tidak memberitakan sebuah kasus dalam persidangan.

Selain itu, banyak juga kasus kematian wartawan yang hingga saat ini belum juga berhasil diusut tuntas oleh kepolisian. Di antaranya adalah kasus tewasnya wartawan mingguan Aspirasi di Balige, Agus Hutapea bulan Oktober lalu, dan wartawan Harian Berita Sore di Nias, Elyuddin Telembanua yang hilang sejak Agustus 2005.

Soal kasus hilangnya Elyuddin, sampai saat ini belum terungkap dan keberadaannya tidak diketahui sama sekali. Kabar yang beredar, hilangnya Elyuddin berkaitan dengan salah seorang calon kepala daerah yang tidak senang atas pemberitaannya tentang konflik pilkada di Nias Selatan.

"Ada yang bilang dia dibuang ke tengah laut. Ada juga yang bilang mayatnya disemen. Sampai sekarang, kasus ini belum terungkap oleh kepolisian," urainya.

Ditambahkan Diah, banyak juga aparat kepolisian yang tidak mengetahui Undang-Undang Pers. Seringkali kepolisian sebagai narasumber malah tidak bersedia memberikan keterangan kepada wartawan, sehingga wartawan pun tidak kritis lagi dalam memberitakan suatu kasus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar