Sabtu, 16 Januari 2010

Remaja Sebagai Target Napza

Anda tentu prihatin menyaksikan anak Anda senang menyendiri. Sebaiknya Anda juga mesti waspada jika selain menyendiri, ia juga sering keluar masuk kamar mandi untuk keperluan yang tidak jelas. Mungkin anak Anda bukan kurang bergaul, tapi justru salah gaul. Senang menyendiri dan sering ke toilet adalah salah satu cirri pecandu napza. Sebaliknya, anak yang bebas bergaul pun rentan menjadi korban napza. Remaja penggemar diskotek beresiko tinggi terjerat napza. Hanya mereka yang sedang "on" yang bisa menikmati dentam musik memekakkan telinga di diskotek. Tak aneh tempat hiburan ini sudah bak pasar napza. Usia remaja adalah usia yang rentan terhadap napza. Dari sekitar 2 juta orang pengguna napza di Indonesia, mayoritas pengguna berumur 20-25 tahun. Sembilan puluh persen pengguna adalah pria. Usia pertama kali menggunakan napza rata-rata 19 tahun. Demikian data yang diungkap oleh Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) cabang DKI Jaya. Kota-kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar menjadi daerah tujuan pasar norkotik Internasional. Target utama pasar narkotik adalah remaja. Di Jakarta, pada tahun 2000 lalu, diduga ada lebih dari 166 SMTP dan 172 SLTA yang menjadi pusat peredaran narkotika dengan lebih dari 2000 siswa terlibat di dalamnya.

Coba pula tengok data dari Wisma Adiksi, salah satu pusat rehobilitasi napza di Jakarta. Sampai 11 mei 2002 tercatat 37 pasien laki-laki dan 9 orang perempuan korban napza. Usia pasien paling banyak 20-24 tahun, poling muda 17 tahun dan poling tua 45 tahun. Menurut Dr. Tri Mulyati, pemilik Wisma Adiksi, para pecandu yang dirawat umumnya mahasiswa dan pelajar. Melihat data seperti di alas, Anda langsung khawatir jika selama ini tak memperhatikan perilaku sang anak. Namun, tak bijaksana jika kemudian Anda menjadi orang tua yang otoriter dan menguasai sang onak 24 jam sehari. Bahkan, tekanan keluarga justru membuat anak melarikan diri kepada napza. Agaknya, akan lebih baik kalau Anda sebagai orang tua mengetahui hal awal napza. Menurut Dr Tri, jenis napza yang paling banyak digunakan adalah putaw (heroin. Apa saja jenis napza yang beredar dan dampaknya dapat and abaca pada tabel. Yang juga penting factor apa yang mendorong penggunaan napza? Jangan-jangan sikap Anda sebagai orang tua turut berperan.
Faktor pendorong

Berdasarkan hasil jumlah penelitian terdapat beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan narkoba. Faktor tersebut meliputi faktor keluarga, faktor kepribadian, faktor teman sebaya, faktor lingkungan sekolah dan faktor kesempatan.

Faktor keluarga

Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya (terutama remaja) terlibat penyalahgunaan napza. Keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang memiliki riwayat ketergantungan napza, keluarga dengan aturan yang tidak konsisten (misalnya, ayah bilang ya, tetapi ibu bilang tidak), dan keluarga yang sering konflik baik antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu don anak, maupun antar saudara. Selain itu juga keluarga dengan orang tua yang otoriter atau keluarga yang tidak pernah memberikan kesempatan pada anak untuk berdialog. Demikian juga keluarga yang selalu menuntut kesempurnaan dan keluarga yang selalu diliputi kecemasan.

Faktor kepribadian

Pecandu napza biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi. Remaja yang menyalahgunakan napza umumnya tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan.

Faktor kelompok teman sebaya (peer group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seusia untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Bila seorang remaja tidak bisa berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih popular atau yang berprestasi (misalnya dalam bidang olahraga dan akademik), hal tersebut dapat menyebabkan frustrasi sehingga ia mencari kelompok lain yang dapat menerimanya.

Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah turut mendorong terjadinya penyalahgunaan napza. Sekolah yang kurang berdisiplin dan tidak tertib, sering tidak ada pelajaran pada waktu jam sekolah, pelajaran yang diberikan secara membosankan guru yang kurang pandai mengajar dan kurang mampu berkomunikasi dengan siswa, serta sekolah tidak mempunyai fasilitas untuk menyalurkan kreatifitas siswa, merupakan ciri-ciri sekolah yang berisiko tinggi terhadap adanya penyalahgunaan napza pada murid-muridnya.

Faktor Kesempatan dan lain-lain
Saat ini kesempatan untuk mendapatkan napza relatif mudah, bahkan sekolah-sekolah termasuk sampai SD. Lingkungan masyarakat yang masih bersikap tak acuh seolah membiarkan penyalahgunaan napza. Faktor lainnya adalah lemahnya penegakan hukum di Indonesia. Napza juga membawa kepada ke cenderungan seks bebas dan suburnya pelacuran. menurut Dr. Fritz A. Kakiallatu, Sp.B, Sp.BU, urolog dari RSPAC Gatot Subroto, umumnya tempat hiburan menjadi tempat penjualan napza. Bahkan, ada pecandu yang menjual tubuhnya untuk membeli napza. PENGOBATAN

Penderita Napza disembuhkan dengan rehabilitasi yang terdiri dari 2 cara:
Famili
yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitas sosial. Rehabilitasi medis dilakukan dengan mengobati dan merawat penderita dengan menggunakan obat-obatan dan tindakan medis. Sebaiknya Anda memilih lembaga rehabilitasi medis yang telah mendapat izin dari Menteri Kesehatan, atau rehabilitasi sosial yang mendapat izin dari Menteri Sosial. Rehabilitasi medis bisa didapatkan di RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat, RSJ (Rumah Sakit Jiwa), atau Unit Gowat Darurat di setiap Rumah Sakit Umum. Rehabilitasi sosial merupakan kegiatan pemulihan fisik, mental, maupun sosial. Pemulihan biasanya dilakukan dengan menggunakan psikolog dan pendekatan agama.
Menurut Dr.Tri yang juga merupakan istri Dr. Al Bachri, salah satu dokter yang aktif mengobati penderita napza, angka keberhasilan penyembuhan pasien napza secara teoritis sekitar 65-85 persen selama 2 tahun pengobatan. Artinya, di antara 100 orang pasien yang diobati selama 2 tahun, sebanyak 65-85 orang sembuh total dan sisanya masih tetap mengkonsumsi napza. Tentang kekambuhan Dr tri mengakui sering terjadi di wisma Adiksi. Kekambuhan tergantung kepada berat ringannya kondisi pasien dan komplikasi fisik dan mental yang ditimbulkan oleh napza.

Pencegahan
Penanggulangan narkotika dan psokotropika pada remaja membutuhkan peran orang tua, guru dan peran masyarakat yang sangat besar. Orang tua sebaiknya menciptakan suasana hangat, penuh kasih sayang, perhatian dan bersahabat di rumah. Orang tua diharapkan mengetahui dan memahami bahaya penyalahgunaan napza dan mengetahui ciri-ciri anak yang berisiko besar menjadi pecandu. Jika terdapat suatu kasus napza pada salah seorang anggota keluarga yang tidak dapat Anda selesaikan sendiri, sebaiknya Anda meminta bantuan para ahli. Para guru di sekolah adalah pengganti orang tua selama anak-anak berada di sekolah. Umumnya guru mementingkan pengajaran ilmu pengetahuan, padahal pembinaan kepribadian juga penting. Masyarakat juga diharapkan berperan aktif dalam membantu upaya pencegahan dan pemberontasan penyalahgunaan dan peredaran gelap norkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Caranya, dengan melaporkan kepada polisi apabila menyangkut peredaran gelap dari kepada petugas fasilitas pelayanan kesehatan apabila membutuhkan pertolongan medis.

CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA

Ciri Fisik
Berat badan turun drastis
Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman
Buang air besar dan air kecil kurang lancer
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas
Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka sayatan
Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan
Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan
Mengeluarkan air mata yang berlebihan
Mengeluarkan keringat yang berlebihan
Kepala sering nyeri, persendian ngilu
Banyaknya lender dari hidung
Pupil mata membesar
Diare
Bulu kuduk berdiri
Sukar tidur
Menguap
Jantung berdebar-debar

Ciri mental
Sangat sensitive dan cepat bosan
Jika ditegur atau dimarahi membangkang
Mudah curiga dan cemas
Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul dan berbicara kasar kepada orang disekitarnya, termasuk kepada anggota keluarga. Ada juga yang berusaha menyakiti diri sendiri.

Perilaku
Malas dan sering melupakan tanggungjawab/tugas rutinnya
Tidak perduli kepada keluarga
Jika di rumah, waktunya dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet, gudang, kamar mandi, dan ruang-ruang yang gelap
Nafsu makan tidak menentu
Takut air, jarang mandi
Sering menguap
Bisa tiba-tiba bersikap manis jika ada maunya, misalnya untuk membeli obat
Sering bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam
Selalu kehabisan uang, dan barang-barangnya pun hilang dijual
Suka berbohong dan gampang ingkar janji
Sering mencuri baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun pekerjaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar