Selasa, 19 Januari 2010

Pengalaman Buruk Masa Kecil Picu Kecanduan Seks

TIGER Woods mengaku telah menyelingkuhi istrinya, Elin Nordegren dengan sejumlah wanita. Woods salah satu contoh kasus kecanduan seks yang memang punya ragam bentuk. Waspada, bisa jadi Anda tak sadar menderita gangguan ini.

Kabarnya, olahragawan berusia 34 tahun ini tengah menjalani terapi untuk mengobati kecanduannya akan seks. Dilansir dari The Sun, Selasa (19/1/2010), Woods menjalani program ketat selama enam minggu seharga £5,000 (sekira Rp 66 Juta) ini di Afrika Selatan. Selain dirinya, aktor Russell Brand (34 tahun) dan David Duchovny (49 tahun), salah seorang pemeran film “X Files” mengaku telah menjalani terapi seks akibat tak pernah puas ngeseks.

Faktanya, satu di antara tiga orang dewasa Inggris melaporkan diri mereka memiliki masalah seksual. Psikoterapis seksual asal London, Paula Hall mengobati hampir 1.000 warga Inggris setiap tahunnya untuk membantu mereka mengatasi kecanduan seks.

“Ini (kecanduan seks) bukanlah tentang apa yang Anda dapat di ranjang hingga membuat Anda dicap seorang pecandu seks. Ini adalah saat Anda merasa di luar kendali dan berisiko pada kesehatan dan hubungan,” kata Paula.

Dijelaskan Paula, pecandu seks meskipun tahu betapa masalah yang ia rasakan merusak kebutuhan seksualitasnya, mereka tetap melakukan (bercinta) dan harus melakukan lebih sering lagi untuk mendapatkan kesenangan.

Paula memberikan bocoran dua kasus yang dialami pasiennya. Kasus pertama terjadi pada Paul dan Pamela. Keduanya berusia 55 tahun dan terlihat bagai pasangan sempurna. Paul adalah seorang salesman sementara Pamela adalah pensiunan guru.

"Mereka punya kehidupan seks yang sehat hingga dua tahun lalu saat Pamela menemukan Paul terbiasa datang ke rumah bordil setelah 30 tahun usia pernikahan mereka,” cerita Paula.

Paul mengatakan bahwa ia selalu cinta mati dengan istrinya. Tapi, saat melakukan perjalanan bisnis di Eropa beberapa tahun lalu, sekali waktu ia pergi ke panti pijat untuk bercinta dengan pekerja seks komersial. Kemudian, ia mulai menggunakan internet untuk mencari tempat panti pijat di daerah sekitar rumahnya hingga akhirnya ia tak bisa menghentikan kebiasaannya mengunjungi rumah bordil.

“Paul bersama istrinya telah telah menyelesaikan perawatan 16 minggu yang saya rancang. Dia tidak lagi tersesat sejak awal terapi hampir dua tahun yang lalu,” cerita Paula terhadap keberhasilan terapi seks untuk Paul.

Ada pula kasus kedua yang terjadi pada Mick (26 tahun), seorang pekerja pabrik. Mick adalah pria single dan tak pernah mengira dirinya adalah pecandu seks.

Ia tak pernah menikmati pornografi dan tak pernah mengeluarkan uang untuk seks. Tapi dia mengaku bahwa dirinya akan bercinta dengan siapapun, tidak peduli bagaimana penampilan mereka.

“Dia kehilangan keperjakaannya di usia 13 tahun dan sejak 13 tahun lalu ia telah aktif secara seksual, ia pun tak bisa menghitung berapa banyak partner seksnya,” tutur Paula.

Mick tidur rata-rata dengan empat wanita setiap minggunya dan pernah tidur dengan tiga wanita dalam satu malam. Ia bahkan sangat menyukai tantangan dan bahaya saat bisa tidur dengan wanita menikah.

Dia mulai tidur dengan pria, padahal dia sendiri mengaku bukan gay. Yang menakutkan, Mick tak pernah menggunakan kondom. Kini, ia mengaku malu dan ingin berhenti.

"Mick jelas-jelas pecandu seks atau setidaknya berisiko besar menjadi salah seorang penderitanya. Dia mengalami pengalaman tak mengenakkan waktu kecil dengan empat saudara perempuannya yang terbiasa mengganggunya. Saya rasa dia terlihat seperti wanita dan hal ini menjadi pemicu perilakunya,” papar Paula.

Dua kasus tersebut bisa menjadi gambaran bagaimana pengertian kecanduan seks berkembang begitu luas. “Kecanduan seks adalah masalah yang terjadi dan berkembang di seluruh dunia, seperti kita mendengar lebih dan lebih lagi cerita-cerita semacam Tiger Woods. Lebih banyak orang mencari bantuan,” tambah Paula.

Kecanduan seks, menurut Paula, adalah sebuah masalah kehancuran yang mampu meruntuhkan kehidupan banyak pihak, bukan hanya individual penderita, tapi juga keluarga mereka.

“Saya harap Tiger dan penderita lainnya akan menemukan bantuan yang mereka butuhkan, jadi mereka bisa mengendalikan hidup mereka kembali,” tegas Paula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar